Minggu, 17 Mei 2009

Aku Mencintaimu

Udah lama ni ngga nulis, trs udah lama juga ga liat2 kotasantri,,
eh taunya ada bacaan bagus, ya udah ta copy aja deh,, met membaca aja, kali aja ada temen2 yg ngalamin hal yg sama spt cerita ini,,

Dulu, seorang sahabat saya, Alin, beberapa kali mengungkapkan via SMS, “U. Setta, I love you.” Dan saya membalasnya, “I love you too because of Allah.”

Adakah yang salah dari dialog di atas?

Mungkin sebagian kita akan menganggapnya sebagai suatu hal yang tabu. Apalagi hal itu terjadi di antara dua orang berlainan jenis, bukan muhrim dan bukan pula sepasang suami istri. Sangat riskan untuk menafsirkan lebih jauh tentang hubungan apa yang sesungguhnya telah terjalin di antara keduanya.

Sepenuhnya saya setuju.

Namun, sejujurnya saya pun salut dengan apa yang pernah diungkapkan Alin itu. Ia telah berkata jujur pada orang yang dicintainya. Tidak berpura-pura. Tidak menutupi apa yang ia rasakan. Dan orang yang dicintainya pun mengetahui perasaannya.

Di lain waktu, saat saya mengirim SMS pada adik-adik saya, saya biasa menuliskan kata luv (baca : love) di akhir SMS saya sebagai ungkapan sayang pada mereka. Tetapi tak pernah sekalipun mereka menuliskan kata-kata serupa itu di balasan SMS-nya. Tidak pernah.

Bahkan, saat saya menanyakan kepada salah seorang adik saya, “Dek, apakah kau mencintai Abang?” Ia tak pernah menjawabnya. Tak pula sebuah anggukan kepala atau kedipan mata sebagai isyarat. Dan sungguh, saya masih menyimpan sisa perasaan kecewa itu hingga detik ini, diam-diam.

Saya tidak meragukan. Cinta itu pasti ada di antara dua orang saudara kandung, terlepas dari seberapa besar kadarnya. Tak ada orang yang tak mencintai keluarganya sendiri. Sudah menjadi fitrahnya dan tak terbantahkan lagi. “Tak perlu ditanyakan lagi,” kata sebagian orang.

Jadi, salahkah jika saya masih mempertanyakannya?

Suatu ketika, seseorang berada di samping Rasulullah SAW. Lalu seorang sahabat lewat di hadapan mereka. Orang yang berada di samping Rasulullah SAW itu tiba-tiba berkata, “Ya Rasulullah, aku mencintai dia.”

“Apakah engkau telah memberitahukan kepadanya,” tanya Nabi.

“Belum,” jawab orang itu.

“Beritahukanlah kepadanya,” timpal Nabi.

Kemudian orang itu segera berkata kepada sahabatnya, “Sesungguhnya aku mencintaimu karena Allah.”

Dengan serta merta orang itu menjawab, “Semoga Allah mencintaimu karena engkau mencintaiku karenaNya.”

***

Cinta adalah anugerah terindah yang diwariskan pada diri setiap insan. Tak pernah ada yang salah dengan kehadirannya di tengah-tengah kita. Hanya saja, kita perlu memaknainya dengan cerdas dan dewasa.

Cinta adalah menghargai. Bukan ruang sempit yang memenjarakan. Terbebas dari nafsu hewani. Terlalu suci untuk dianalogikan dengan aktivitas murahan. Dan tidak selalu identik dengan memiliki.

Cinta adalah cinta.

Sudahkah Anda memiliki cinta yang seperti itu? Jika sudah, apa yang menghalangi Anda untuk mengungkapkannya?

***